Lucu dan kasihan jika melihat Hanif yang
menterjemahkan sensasi rasa kantuknya dengan menggaruk kepala dan telinga,
bahkan seperti mencongkel matanya, yang terakhir ini sering membuatku
mengerenyitkan dahi dan langsung menahan tangannya. Bagi bayiku, hanif,
tindakan ini sering melukai kepala, telinga dan kulit disekitar matanya. Jika sudah
begitu frustasi dengan sensasi ini yang belum juga bisa menumbangkan hanif ke alam
mimpi, maka ia akan menangis histeris.
Aku memang tidak mengunakan ayunan atau mengendong hanif untuk alasan menenangkannya
di saat rasa kantuknya mulai datang setelah ia berumur di atas 3 bulan, kecuali
pada saat hanif mulai terserang kolik yang memang harus aku gendong unutk bisa
menenangkannya. Alasannya aku ingin mengajarkan sedini mungkin pada hanif bahwa
sensasi itu adalah indikasi dari tubuhnya yang ingin tidur dan juga aku ingin
agar hanif bisa cepat belajar menenangkan dirinya sendiri tanpa perlu dibuai
atau digendong.
Ternyata teknik yang ku pakai ini memang nga mudah, kadang mempan
kadang tidak dan kadang aku salah menebak apakah itu rasa kantuk saja atau rasa
kantuk yang dibarengi dengan kolik hanif yang hasilnya adalah tangisan
berkepanjangan selama 30 menit. Jika itu sudah terjadi biasanya aku akan nyerah
dan langsung mengendong Hanif yang berarti ada sesuatu yang memang nga enak di tubuhnya.
Menunggu hingga 30 menit bayiku menangis adalah satu tindakan paling emosional
yang sering kerap membuatku menangis.
Selalu aku amati reaksi hanif saat mulainya gejala
kantuk hanif hingga ia bisa tertidur. Memagn terlihat perkembangan cara hanif
menenangkan dirinya, muali dari menangis dengan berirama konstan “nge nge nge… nge
nge nge..” hingga akhirnya tertidur, atau mengelengkan kepala ke kiri dan ke kanan
barulah tertidur di gelengan yang ke 50 kalinya, mengerak-gerakkan kakinya di
kasur, atau memandangi AC yang mengelaurkan suara hingga membawa hanif ke alam mimpi.
Kini hanif telah 11 bulan ia mulai paham kalo sensasi
yang ia rasakan adalah rasa kantuk. Setelah aku puas aku ajak mamin di luar
kamar maka hanif yan sudah bisa jalan ini akan menarik tanganku ke kamar dan
setelah aku buka pintu kamar, hanif naik sendiri ke atas tempat tidur. Satu lagi
reaksi terbaru hanif saat rasa kantuk menyerang yang baru-baru ini aku amati adalah
matanya yang dipicingkan sekuat-kuatnya seolah menahan rasa kantuk. Dan jika
aku tak cepat paham dengan gelagat ini maka tangis histeris hani fakan pecah
karena ia berfikir kalo aku tidak juga paham dan mengajaknya ke tempat tidur
sekedar untuk menemaninya tidur atau ingin minta ASI.
Mmm…, senang rasanya usahaku untuk mengenalkan “itu
tanda hanif ngantuk” membuahkan hasil. Meski kadang memang tak mudah bagi hanif
untuk bisa langsung tertidur, namun setidaknya aku tidak megajarkan hanif
tergantuk dengan buaian atau trik-trik menengkan diri diluar dirinya sendiri,
karena aku yakin hanif bisa. Insya Allah….
No comments:
Post a Comment