Thursday 29 November 2012

Hanifku demam : Kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI)

Karena  beberapa hal , jadwal imunisasi hanif molor yang mestinya pada saat hanif 7 bulan maka diberi hari senin kemarin di saat hanif berumur 11 bulan. Karena dokter mengatakan tidak berbahaya memberikan vaksin Polio, DPT, Hib, dan Rotavirus secara rapel, maka kami pun menyetujui.

Malam setelah pemberian vaksin hanif rada rewel, paginya aku lihat paha bekas suntikan membengkak, merah dan rada keras, badannya hangat, ingusan, susah makan bahkan beberapa kali muntah saat di beri makan, dan buang air hanif lebih sering; 2-3 kali sehari yang biasanya cuma 1 kali sehari. Saat ini sudah hari keempat setelah hanif divaksin tapi gejalanya masih belum berkurang.

Duh, sempat panik nih,,,. karena itu aku searching di google, ketemu deh beberapa penjelasan yang cukup menenangkan hati  :

1-2 hari setelah mendapatkan suntikan DPT, mungkin akan terjadi demam ringan, nyeri, kemerahan atau pembengkakan di tempat penyuntikan.

Untuk mengatasi nyeri dan menurunkan demam, bisa diberikan asetaminofen (atau ibuprofen).
Untuk mengurangi nyeri di tempat penyuntikan juga bisa dilakukan kompres hangat atau lebih sering menggerak-gerakkan lengan maupun tungkai yang bersangkutan.

Istilah bahwa DTPa adalah vaksin DTP yang tidak menyebabkan panas sebetulnya kurang tepat. Vaksin DTPa (DTP aselular) merupakan vaksin DTP yang mengandung 2-3 komponen kuman pertusis (Bordutella pertusis). Vaksin DTP biasa (DTPw atau DTP whole cell) mengandung seluruh kuman pertusis. Kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) DTPw dapat berupa demam di atas 38,5ºC pada 42% anak yang divaksin. DPTa dapat menyebabkan demam di atas 38,5ºC pada sekitar 10% kasus. Jadi, demam ringan yang diderita anak Anda bisa disebabkan vaksin DTPa.

"Imunisasi seperti semacam penyakit ringan, dan sistem imun merespons dengan reaksi lokal (sakit, kulit kemerahan, bengkak) dan juga sistemis (demam, menurunnya nafsu makan),"
Risiko demam untuk bayi yang minum AS 54% lebih rendah dibandingkan dengan bayi yang minum susu formula, sedangkan bayi yang sebagian mendapat ASI dan kadang minum susu botol risikonya lebih rendah 42%. Efek perlindungan dari ASI itu tetap muncul meski sudah mempertimbangkan sejumlah faktor seperti pendidikan si ibu dan jumlah anak-anak lain yang berada di rumah itu.

"Ketika bayi sakit dan demam setelah vaksinasi, mereka itu tak hanya butuh air, makanan dan lingkungan yang tenang, tapi juga perlu perlindungan. Mereka butuh kehangatan tubuh sang ibu. ASI memberikan semua apa yang bayi butuhkan selama sakit,"

ASI dapat mengurangi produksi protein yang memicu peradangan, dan protein ini dilepaskan setelah imunisasi, dan ASI itu sendiri juga dapat memberikan kenyaman pada bayi yang demam sehingga mereka mau makan atau minum ASI. Pisacane bersama koleanya juga menyebutkan bahwa bayi yang minum susu botol mengonsumsi kalori lebih sedikit setelah imunisasi dibandingkan dengan bayi yang minum ASI.

Reaksi lokal yang mungkin timbul adalah rasa nyeri, merah dan bengkak selama satu-dua hari di bekas suntikan. Untuk mengatasinya beri kompres hangat. Sedangkan reaksi umumnya antara lain demam dan agak rewel. Berikan si kecil obat penurun panas dan banyak minum ASI.

Kini sudah ada vaksin DPT yang tidak menimbulkan reaksi apapun, baik lokal maupun umum, yakni vaksin DtaP (diphtheria, tetanus, acellullar pertussis), sayangnya hariga vaksin ini jauh lebih mahal dari vaksin DPT.

Mmmm…, cukup lega setelah membaca artikel di atas, dan aku melakukan treatment pada hanif seperti: memberikan ASI sesering mungkin, aku kompres air hangat paha hanif yang bengkak, sering-sering memeluk hanif, cek terus panas hanif, dan aku tidak kasih obat penurun panas.

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...