Sunday, 10 March 2013

Aluo Tolo atau Bolu/Bahulu Berondam

Membuat kue ini mengahantarkanku pada kenangan di masa 24 tahun silam, saat itu aku kira-kira berumur 5 tahun. Mungkin itulah kali pertama aku tertarik dengan proses pembuatan bolu/cake. Saat melihat telur yang dikocok hingga mengembang dengan mixer, benar-benar membuatku takjub dan terheran-heran mengapa bisa telur itu mengembang dan adonan itu terlihat begitu amazing. 

Saat nenekku yang biasa dipanggil Mak Gemuk memintaku memegang mixer, tak terkira rasanya bahagiaku. Mixer itu bagai mengutukku hingga sampai kini aku tak pernah merasa bosan sedikitpu untuk “bermain-main” dengan mixer dan adonan bolu/cake.

Ya…, mengingat, merasakan, apalagi membuat bolu ini, seolah menghadirkan berkas memori akan awal pertama kecintaanku pada dunia baking, pada mixer, dan pada kehebatan hasil kocokan telur yang mengembang itu. Ok, lamunan panjang ini kalo diceritakan nga akan ada habisnya, balik ke cerita bolu ini.

Bolu ini berasal dari Kabupaten Indragiri Hulu, kampung Ayahku. Konon katanya bolu berondam ini adalah makan favoritnya Raja Nara Singa. Uniknya lagi ada mitos yang menyertai bolu ini, mitos bahwa hanya orang tertentu saja yang bisa membuatnya, yang buat nga boleh berkata kasar dan nga boleh sedang datang bulan, dan banyak lagi mitosnya, weleh-weleh.., bikin nyali orang yang ingin mencoba langsung ciut. Namun bukanlah pecinta baking namanya, baru dengar mitos aja udah ciut, heheh.

Bolu ini dikatakan bolu berondam karena memang si bolu direndam dalam air gula. Teknik pembuatannya sama persis dengan sponge cake hanya saja tidak mengunakan lemak (margarine, butter, dan minyak), bahkan bisa dikatakan ini adalah Victoria cakenya orang Indragiri Hulu. Kuat dugaanku mengapa bolu ini berendam, karena pada zaman itu sulit untuk menemukan lemak, dan untuk menyiasati rasa bolu yang kering kerontang itu diberilah air gul, biar nga keselek makannya, hehe.

Untuk resep asli dari nenekku lain kali ya diposting karena nga bisa nanya ke nenekku via telpon, pendengarannya udah nga sebaik dulu (kasihan beliau, dulu begitu cantik, begitu tegar, dan keras, kini.. tak ada yang dapat menghalangi waktu kecuali Dia)

Okey, bagi yang ingin mencoba, ini resepnya, aku lihat di sini, (aku bikin hanya 3/5 resep untuk adonan bolunya):
Bahan bolu:
5 butir telur (aku: 3 butir)
100 gr gula pasir (aku: 60 gr)
100 gr terigu (aku: 60 gr)
½ sdt vanili
Aku: 2 tetes pewarna kuning
Bahan air gula rendaman:
100 gr gula (aku: 300 gr gula)
2 gelas air (300 ml air)
2 lembar daun pandan (3 lembar daun pandan)



Cara membuat versi aku:
Panaskan  kukusan dengan api sedang. Sebenarnya ada loyang khusus berbentuk buah cermai yang bisa langsung ditaruh di atas kompor, tapi aku nga punya, jadi aku gunakan loyang pie ukuran kecil (dim 2 cm). Olesi loyang dengan margarine, tipis aja, sisihkan. Kocok dengan mixer kecepatan rendah telur, vanili, dan gula sampai setengah mengembang (ingat: tidak sampai kental berjejak ya.., karena yang dinginkan adalah adonan yang agak padat dan tidak terlalu spongy, yang aku buat kali ini masih terlalu spongy, first trial soale..), masukkan terigu dengan cara diayak di atas adonan telur, aduk perlahan hingga seluruh terigu habis. Lalu masukkan dalam loyang pie yang telah diolesi margarine (sebaiknya gunakan loyang yang berbentuk buah cermai, karena nga ada ya, apa yang ada aja diberdayakan). Kukus sekitar 10 menit (tutup kukusan diberi kain agar uap air tidak menetes ke kue).

Membuat air gula rendaman bolu:
Pada resep ini, air untuk rendamanya masih encer, jadi aku tambahkan lagi 200 gr (totalnya 300 gr) karena yang biasa dibuat nenekku kekentalannya menyerupai sirup gula. Masak hingga benar-benar menyerupai sirup kental seluruh bahan. Lalu angkat, biarkan dingin.

Penyajian:
1 jam akan disajikan rendam seluruh bolu dengan air rendaman, setelah air meresap hingga ke bagian dalam bolu kira-kira 1 jam, bolu siap disantap. Dan bayangkan hanya seorang rajalah dulu yang hanya bisa menyantap makanan seperti ini.

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...