Telah
lebih dari 4 bulan Hanif nga kena flu. Barulah
kemarin setelah perjalanan (Panjang-Bukittinggi, Bukittinggi-Batusangkar dan balik
lagi ke Padang) Hanif terserang flu lagi. Pagi bangun tidur, nga terlihat
tanda-tanda ia flu. Setelah ayahnya mengajak Hanif keluar rumah jam 5.30 pagi, Ayahnya berkata padaku, “Hanif flu”. OMG,”Apakah karena aku memandikannya tadi
malam setelah perjalanan jauh itu” batinku, ataukah tertular nenek buyutnya yang
juga flu sewaktu kami ke Batusangkar, ataukah tertular ayahnya yang juga flu
karena alergi dingin.
Apapun
penyebab flu Hanif, hari-hari berikutnya adalah hari yang berat karena seperti
saat sakit sebelumnya, malam hari hanif akan rewel dan sulit diberi ASI
ditambah lagi AC kamar aku setting 30*C, maka bertambah gerah lah Hanif. Mmmm,
benar saja, malamnya Hanif nangis dan bilang “mimik Bu, mimik..!!” tapi setiap
kali disusui nga mau dan dia mengucek-ngucek hidungnya yang seperti tersumbat
dan bikin hanif tambah sulit menyusu dan tidur. Paginya Hanif ku jemur di bawah
sinar matahari pagi trus aku kasih multivitamin (dan mulai dari tau ia terkena
flu, Hanif aku mandikan pakai air hangat), tapi ingusnya masih tetap banyak
bahkan hanif kena batuk juga. Malamnya dia masih juga rewel dan nga mau nyusu,
akhirnya aku putuskan untuk merah ASI dan aku campur ASI ini dengan sedikit
vitamin C (Ester C) yang punya pH netral dilambung jadi baik untuk batita
seperti Hanif. Keesokan harinya batuknya sedikit berkurang dan ingusnya masih
ada.
Akhirnya
pada malam ketiga, aku putuskan AC kamar dimatikan total, ayahnya sempat complain
katanya nanti hanif tambah rewel dan aku tegaskan bahwa udara dingin sangat
mempengaruhi perkembangan virus flu ditubuh Hanif, maka dengan berat hati
ayahnya tidur melantai. Hehehe, emang panas sih, bayangkan aja kota di dekat
laut malam hari masih panasss dan mengerahkan (apapun akan aku perjuangkan
asalkan hanif tidak begitu cepat diintervensi oleh obat kimia apalagi antibiotic).
Keesokan harinya hanif benar-benar nga batuk dan ingusnya nga mengalir seperti
sebelumnya.
Kebetulan
alpokat dan buah jambu biji yang kami bawa dari tempat neneknya di Batusangkar
sudah masak maka aku berilah hanif kedua buah ini untuk daya tahan tubuhnya memerangi
virus flu. Alhamdulillah, terakhir aku menidurkan hanif dan saat mengetik
journal ini, hanif tidak flu dan nga terdengar suara batuknya. Namun AC kamar
masih aku matikan dan hanif masih terus aku paksa untuk minum ASI tiap
sebentar. Kini Hanif hampir beranjak ke usia 17 bulan dan sekali lagi Alhamdulillah,
ia masih belum pernah tersentuk antibiotic dan Parasetamol pun baru sekali
itupun diberi lewat anal, saat Hanif panas tinggi 39,8*C. Ketika itu kami
membawanya ke UGD dan mestinya dari yang aku baca, bayi tidak boleh dibawa ke
UGD karena di sana tentunya banyak berkeliaran kuman penyakit.
Kesimpulanya
yang dibutuhkan oleh ibu saat anaknya terserang demam atau flu adalah
perhatikan gizinya, lingkungan tempat anak berada, dan kenyamanannya lahir
batin. Untuk gizi, ya perhatikan pola makan, selalu beri ASI jika anak menolak,
perah ASI dan beri mengunakan sendok, dan jika perlu beri multivitamin yang
aman dan buah yang kaya vitamin. Untuk lingkungan, pastikan udara tidak lembab
dan dingin, jemur anak di pagi hari (sinar matahari pagi berfungsi sebagai desinfektan/pembunuh
kuman), mandikan dengan air hangat. Untuk kenyamanan lahir danbatin anak,
peluklah ia, buatlah anak tertawa ceria, bersabar jika ia rewel, usahankan
cukup istirahat, peluklah ia, dan susui sesering mungkin sepanjang malam.
Memang sedikit repot, tapi setimpal untuk masa depan tanpa ketergantungan antibiotic.
Meski kita tak pernah tau bagaimana masa depannya kelak, tapi memberikan perawatan
terbaik yang kita mampu perjuangkan juga merupakan “takdir” mereka dari usaha kita.